Penyelenggara

03

RUANG

Ruang Review Digital CEDAW

Kekerasan Berbasis Gender

Picture of Dinov

Dinov

LBH APIK Jakarta

Picture of Ika

Ika

Kalyanamitra

Kekerasan berbasis gender merupakan kekerasan yang dilakukan terhadap seseorang berdasar dari gender dan seksnya. Kekerasan berbasis gender (KBG) terjadi akibat dampak dari ketimpangan gender. Budaya patriarki yang mengakar dalam kehidupan masyarakat menempatkan perempuan dalam posisi yang rentan menjadi korban, sehingga kekerasan berbasis gender juga sangat mungkin terjadi kepada perempuan. Bentuk kekerasan berbasis gender kepada perempuan diantaranya seperti kekerasan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan dalam hubungan pacaran, dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya yang dilakukan atas dasar status dirinya adalah perempuan. Kekerasan berbasis gender dapat terjadi di wilayah privat dan publik. Kekerasan berbasis gender di wilayah privat dilakukan oleh orang-orang terdekat seperti keluarga, orang tua, kakak, dan pacar. Sementara pelaku kekerasan berbasis gender di wilayah publik melibatkan pemberi kerja, rekan kerja, guru, dan orang asing.

 

Terdapat beberapa kebijakan-kebijakan untuk penghapusan kekerasan berbasis gender seperti Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS), Undang-Undang Pelindungan Buruh Migran, dan lain sebagainya. Meskipun terdapat banyak undang-undang untuk penghapusan kekerasan berbasis gender, angka-angka kekerasan berbasis gender terhadap perempuan masih tinggi. Berdasarkan data  Catatan Tahunan Komnas Perempuan tahun 2022, terdapat 622 kasus kekerasan terhadap istri, KDRT sebanyak 111 kasus, serta 422 kasus kekerasan dalam pacaran, kekerasan di tempat kerja 115 kasus, dan kekerasan di tempat umum sebanyak 101 kasus.  Tingginya angka kekerasan berbasis gender terhadap perempuan menunjukkan adanya kesenjangan antara implementasi aturan tersebut dan praktik di lapangan.

  1. Bagaimana anda mengetahui informasi tentang kekerasan berbasis gender? Ceritakan juga, dari mana informasi itu didapatkan?
  2. Apakah anda mengetahui adanya kebijakan mengenai penanganan perempuan korban kekerasan baik di tingkat desa/kabupaten/kota/provinsi/nasional?
  3. Apakah anda mudah untuk mengakses layanan, seperti Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA), lembaga bantuan hukum (LBH), Women Crisis Centre (WCC), dll untuk perempuan korban kekerasan berbasis gender? Ceritakan pengalaman dalam mengakses layanan.
  4. Apakah anda pernah melaporkan kasus kekerasan berbasis gender? Ceritakan pengalaman anda ketika melaporkan kasus.
0 Comments
Most Voted
Newest Oldest
Inline Feedbacks
View all comments
Scroll to Top